Rabu, 17 Juni 2009

MorPheuS

"EGOIS ku" mengadu...
Aku ingin seperti MATAHARI saja,
sendiri ditengah langit. ANGKUH membunuh setiap dingin. Membakarnya menjadi gumpalan debu. Aku akan mengejek awan-awan yang melintasiku dan menjadikannya budak untuk mengumpulkan air mandiku, Lalu kemudian akan kumuntahkan mereka dan aku dapat tertawa...
Aku ingin sendiri, Hanya sendirian !
"ROH ku " tertiup melengking
"JANGAN !!!" Aku ingin menjadi ANGIN saja, BEBAS menjelajahi setiap ruang. menampar apa yang ingin kutampar.
Kan kuterbangkan ribuan kebencian, Lalu kuhirupkan semua pada tiap tarikan nafas diluar sana. Ketika kuhentikan hembusanku, Mereka takkan lagi punya daya. Aku yang akan menang dalam kesendirianku. Hanya aku sendiri...
"DARAHku " bergetar marah...
" TIDAK !!!" Aku akan menjadi AIR !
Memenuhi semua bagian bumi, langit, laut, tanah. Akulah sang penguasa. Pembunuh semua makhluk jika kuingin.
Matahari boleh saja tak bersinar, angin boleh pula tak berhembus. Namun jika tak kuisi semua lubang-lubang bumi dengan tetesan kecilku. Semua harta kehidupan kan terjatuh lunglai dikakiku.
Yang ada hanya aku sendiri, Hanya sendirian...
Benarkah hanya sendiri ??? JIWAKU bergumam pelan, berwibawa
"Kamu salah besar, Bodoh!, yang sendiri disini hanya Jiwaku...
Jiwaku yang kesepian ditengah ribuan makhluk yang melintasiku, Tak ada teman tempatku mengadu semua sedihku, mendengarkan sejuta marahku pada dunia yang meninggalkanku !Tak ada cinta...Tak ada senyum...AKU TAK PEDULI pada Matahari yang begitu angkuh, Aku tak mau menempatkan Angin dan kebebasannya disalah satu ruangku, Aku tak tertarik pada Tarian-tarian Air yang selalu terlonjak gembira terjun kebawah dan bersusah payah mencapai ketinggian itu. Sungguh Aku tak peduli semua itu...Akulah yang sendirian, terluka dan kesepian...
Senyap sesaat menjelma, Menghirup setiap kebisingan udara yang tercipta. Tubuh menangisi semua kegelapan yang ada, Kerontang batin tak ada pengisian...hanya kekosongan ...
Ditengah duka memijar, Datanglah " HATI " dengan langkah gontai laksana kehabisan ribuan daya, tersungkur jatuh lalu Ia tertawa dalam lemah...
" Dulu aku pernah melihat malaikat " Matanya menerawang kosong.
"Ia memelukku sekuat cengkraman gravitasi pada poros bumi , seperti mentari yang ketakutan akan sinarnya"
Hati melantunkan kisahnya dengan mata yang memancarkan kerinduan akan Cinta.
" Aku mencintainya seperti Ia memujaku. Ia mempersembahkan 7 lautan untuk menjadi pembaringanku lalu menerbangkanku tinggi setinggi 7 langit lainnya diatas bumi. Ia selalu mengecupku pada setiap detik yang ada dan tak lepaskan jubahnya ditubuhku, menghangatkanku dari dinginnya beku. Ia mencintaiku !!! Sangat mencintaiku, begitu dalam. Pada suatu ketika sebelum kepergiannya, Ia berharap suatu saat Ia kan dapat mempersembahkan Angin, Air, Tanah, Bulan, Bintang dan matahari untuk diserahkan dibawah kakiku. Menjadi alas kakiku. Namun itu nanti...nanti...Entah kapan..." Hati menerawang lagi, dalam diam penuh kerinduan.
BULLSHIT !!
BOHONG BESAR !!!
NONSENSE!!!
Itu tak termaafkan sahabatku! Ia koyakkan hatimu dengan janji-janji bodoh yang membuaimu. Ia ingin membunuhmu dalam harap kemudian Ia tempatkan engkau di terendah 2 bumi dibawah kami.
Lalu mereka semua mulai tertawa mengejek hati yang kian bermuram durja
"Tidak, Tidak sahabatku...Aku tak pernah kalah dalam cintaku sendiri" Sang hati dengan suaranya yang lembut kini menguak tabir kalbu.
" Hanya saja aku memang tak HARUS memliki ribuan permadani alas kaki itu bukan ? Yang aku inginkan hanya satu...Untuk kembali mencintainya lagi, dan tak sendirian memeluk tubuhku seperti ini. Aku tak ingin melalui kekosongan ini seperti jiwa-jiwa kalian yang tak berarti itu...Maafkan aku "
Hati pergi... mencari cintanya kembali...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar